Senin, 30 Mei 2016

TEKNIK PEMBERIAN OBAT DAN DOSIS

A. TERAPI INHALASI RESPIRATORY 1. DEFINISI Terapi inhalasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk mengembalikan perubahan-perubahan patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti dengan menggunakan respitor atau alat penghasil aerosol. 2. CARA PENGGUNAAN BERBAGAI TERAPI INHALASI Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler), (2) penguapan (gas powered hand held nebulizer), (3) inhalasi dengan intermitten positive pressure breathing (IPPB), serta (4) pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator. 2.1. INHALER DOSIS TERUKUR Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam bentuk inhaler aerosol dengan/tanpa spacer dan bubuk halus (dry powder inhaler) yaitu diskhaler, rotahaler, dan turbohaler. Pada umumnya digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan di rumah sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana oleh pasien, sehingga menjadi pilihan utama pagi penderita asma. 1,3,7 MDI terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat dan bagian mouthpiece. Bila bagian kotak yang mengandung zat ini dibuka (ditekan), maka inhaler akan keluar melaluimouthpiece. 1,7 Pemakaian inhaler aerosol. Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen, lalu tutupnya dibuka à inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan à mulut inhaler diletakan di antara kedua bibir, lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang sama kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya à tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30 detik sampai 1 menit kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter. 1,3 Pemakaian inhaler aerosol dengan ruang antara (spacer). Inhaler dikocok lebih dahulu dan buka tutupnya, kemudian mulut inhaler dimasukan ke dalam lubang ruang antara à mouth piecediletakan di antara kedua bibir, lalu kedua bibir dikatupkan, pastikan tidak ada kebocoran à tangan kiri memegang spacer, dan tangan kanan memegang kanester inhaler à tekan kanester sehingga obat akan masuk ke dalam spacer, kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan napas sejenak, lalu keluarkan napas lagi. Hal ini bisa diulang sampai merasa yakin obat sudah terhirup habis. 3 Pemakaian diskhaler. Lepaskan tutup pelindung diskhaler, pegang kedua sudut tajam, tarik sampai tombol terlihat à tekan kedua tombol dan keluarkan talam bersamaan rodanya à letakkan diskhaler pada roda, angka 2 dan 3 letakkan di depan bagian mouth piece à masukan talam kembali, letakan mendatar dan tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup kembali à keluarkan napas, masukan diskhaler dan rapatkan bibir, jangan menutupi lubang udara, bernapas melalui mulut sepat dan dalam, kemudian tahan napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan. à putar diskhaler dosis berikut dengan menarik talam keluar dan masukan kembali. Pemakaian rotahaler. Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan rotahaler sampai terbuka, masukan rotacaps dengan sekali menekan secara tepat ke dalam lubang epat persegi sehingga puncak rotacaps berada pada permukaan lubang, pegang permukaan rotahaler secara horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah sampai maksimal untuk membuka rotacaps, keluarkan napas semaksimal mungkin di luar rotahaler, masukan rotahaler dan rapatkan bibir dengan kepala agak ditinggikan dengan kepala agak ditengadahkan ke belakang, hiruplah dengan kuat dan dalam, kemudian tahan napas selama mungkin. Lalu keluarkan rotahaler dari mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan-lahan. Pemakaian turbohaler. Putar dan lepas penutup turbohaler, pegang turbohaler dengan tangan kiri dan menghadap atas lalu dengan tangan kanan putar pegangan (grip) ke arah kanan sejauh mungkin kemudian putar kembali keposisi semula sampai terdengar suara klik, hembuskan napas maksimal di luar turbohaler, letakkan mouth piece di antara gigi, rapatkan kedua bibir sehingga tidak ada kebocoran di sekitar mouth piece kemudian tarik napas dengan tenang sekuat dan sedalam mungkin, sebelum menghembuskan napas, keluarkan turbohaler dari mulut. Jika yang diberikan lebih dari satu dosis ulangi tahapan 2 – 5 (tanda panah) dengan selang waktu 1 – 2 menit – pasang kembali tutupnya. Setelah penggunaan inhaler. Basuh dan kumur dengan menggunakan air. Ini untuk mengurangi/menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan tenggorokan, juga untuk mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek obat (terutama kortikosteroid). Cara mencuci. Kegagalan mencuci inhaler dengan cara yang benar akan menimbulkan sumbatan dan pada akhirnya dapat mengurangi jumlah/dosis obat. Cusi bekar serbuk yang tertinggal di corong inhaler. Keluarkan belas obat dan basuh inhaler dengan air hangat dengan sedikit sabun. Keringkan dan masukan kembali ke dalam tempatnya. Bagaimana cara untuk mengetahui inhaler sudah kosong. Setiap inhaler telah dilabelkan dengan jumlah dos yang ada. Contoh di bawah akan menerangkan bagaimana untuk menentukan kandungan obat di dalam inhaler. Jika botol obat mengandungi 200 hisapan dan kita harus mengambil 8 hisapan sehari, maka obat habis dalam 25 hari. Jika kita mula menggunakan inhaler pada tanggal 1 Mei, maka gantikan inhaler tersebut dengan yang baru pada/atau sebelum tanggal 25 Mei. Tulis tanggal mula menggunakan inhaler pada botol obat untuk menghindari kesalahan. Kandungan inhaler juga boleh diperkirakan dengan cara memasukkan botol obat ke dalam air. Kedudukan botol obat di dalam air menggambarkan kandungan obat dalam inhaler. 2.2. PENGUAPAN (NEBULIZER) Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth piece dan pemompaan udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan latihan khusus dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah dapat digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI. Kerugiannya adalah hanya 50 – 70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan sisanya terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri. Jumlah cairan yang terdapat di dalam hand held nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 – 8 liter/menit. Biasanya dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik (asetilsistein) atau natrium bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya digunakan larutan NaCl. Cara menggunakannya yaitu: Buka tutup tabung obat, masukan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang ditentukan à gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol “on” pada nebulizer à jika memakai masker, maka uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam inhalasi ini dilakukan terus menerus sampai obat habismasker. Bila memakai mouth piece, maka tombol pengeluaran `erosol ditekan sewaktu inspirasi, hirup uap yang keluar perlahan-lahan dan dalam. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (10 – 15 menit). Beberapa contoh jenis nebulizer antara lain: Simple nebulizer; Jet nebulizer, menghasilkan partikel yang lebih halus, yakni antara 2 – 8 mikron. Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan paling banyak dipakai di rumah sakit. Beberapa bentuk jet nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan, sehingga dapat digunakan pada ventilator dan IPPB, dimana dihubungkan dengan gas kompresor. Ultrasonik nebulizer, alat tipe ini menggunakan frekuensi vibrator yang tinggi, sehingga dengan mudah dapat mengubah cairan menjadi partikel kecil yang bervolume tinggi, yakni mencapai 6 cc/menit dengan partikel yang uniform. Besarnya partikel adalah 5 mikron dan partikel dengan mudah masuk ke saluran pernapasan, sehingga dapat terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan dispnoe. Oleh karena itu alat ini hanya dipakai secara intermiten, yakni untuk menghasilkan sputum dalam masa yang pendek pada pasien dengan sputum yang kental. Antomizer nebulizer, partikel yang dihasilkan cukup besar, yakni antara 10 – 30 mikron. Digunakan untuk pengobatan laring, terutama pada pasien dengan intubasi trakea. 2.3. INTERMITEN POSITIVE PRESSURE BREATHING Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan memerlukan tenaga yang terlatih. Cara ini jauh lebih mahal dan mempunyai indikasi yang terbatas, terutama untuk pasien yang tidak dapat bernapas dalam dan pasien-pasien yang sedang dalam keadaan gawat yang tidak dapat bernapas spontan. Untuk pengobatan di rumah cara yang terbaik adalah dengan menggunakan MDI. 2.4. VENTILATOR Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held nebulizer, yakni melalui bronkodilator Tee. Dengan cara ini sebenarnya tidak efektif oleh karena banyak aerosol yang mengendap, sehingga cara ini dianggap kurang efektif dibandingkan dengan MDI. 3. Contoh obat Nebulizer (Ventolin) dan dosis : Ventolin Nebules Dosis ANAK dan DEWASA Dosis awal adalah 2.5 mg. Dapat ditingkatkan menjadi 5 mg. Pengobatan dapat diulang 4 kali sehari. Pada orang dewasa, dosis dapat diberikan sampai 40 mg/hari dengan pengawasan yang ketat di rumah sakit pada pasien obstruksi saluran napas berat. B. PEMBERIAN OBAT PER VAGINA Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. Alat dan Bahan: 1. Obat dalam tempatnya. 2. Sarung tangan. 3. Kain kasa. 4. Kertas tisu. 5. Kapas sublimat dalam tempatnya. 6. Pengalas. 7. Korentang dalam tempatnya. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3. Gunakan sarung tangan. 4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa. 5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat. 6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert. 7. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat. 8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm. 9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu. 10. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi. 11. Cuci tangan. 12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian. Dosis Albothyl yang diencerkan dengan 10-15 tetes dalam segelas air (200ml). Kemudian teteskan albothyl apada cotton bud dan oleskan pada area infeksi tekan selama ½ menit. C. PEMBERIAN OBAT VIA ANUS/REKTUM Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang memiliki efej lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal. Alat dan Bahan: 1. Obat suppositoria dalam tempatnya. 2. Sarung tangan. 3. Kain kasa. 4. Vaselin/pelicin/pelumas. 5. Kertas tisu. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3. Gunakan sarung tangan. 4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa. 5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin. 6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak. 7. etelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu. 8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit. 9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok. 10. Cuci tangan. 11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian. Komposisi Metronidazol 250 mg, tiap tablet mengandung metronidazol 250 mg Metronidazol 500 mg, tiap tablet mengandung metronidazol 500 mg D. PEMBERIAN OBAT PADA KULIT Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei. Alat dan Bahan: 1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei). 2. Pinset anatomis. 3. Kain kasa. 4. Kertas tisu. 5. Balutan. 6. Pengalas. 7. Air sabun, air hangat. 8. Sarung tangan. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan. 4. Gunakan sarung tangan. 5. Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis. 6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres. 7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati. 8. Cuci tangan. Contoh obat tetes mata yaitu Lotte dengan cara pakai : Teteskan pada mata yang sakit 2-3 tetes, 3 atau 4 kali sehari. . Komposisi Tiap gram krim mengandung ketoconazole 20 mg. E. PEMBERIAN OBAT PADA MATA Indikasi Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikut : a) Meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang. b) Antiseptik dan antiinfeksi. c) Radang atau alergi mata. Kontraindikasi Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter. Persiapan Alat dan Bahan Alat dan Bahan: 1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep. 2. Pipet. 3. Pinset anatomi dalam tempatnya. 4. Korentang dalam tempatnya. 5. Plestier. 6. Kain kasa. 7. Kertas tisu. 8. Balutan. 9. Sarung tangan. 10. Air hangat/kapas pelembab. Cara Pemakaian Tetes atau salep mata 1. Botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep. 2. Patch dan plester mata (bila perlu). 3. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat. 4. Bola kapas atau tisu. 5. Wadah cuci berisi air hangat atau lap. 6. Sarung tangan sekali pakai. F. TAHAP PEMBERIAN SUNTIKAN EPIDURAL Mekanisme kerja epidural sebagai berikut. Tulang punggung terdiri dari tulang belakang yang terpisah-pisah. Tulang belakang melindungi urat saraf tulang belakang yang membentang dari pinggul hingga ke pangkal leher. Urat saraf tulang belakang terdiri dari jutaan serabut saraf. Semuanya terhubung ke otak dan ke seluruh bagian tubuh dengan rute berbeda-beda. Secara fungsi, serabut saraf dibagi dua jenis, yaitu serabut urat saraf sensoris dan serabut urat saraf motoris. Serabut saraf sensoris berfungsi menyampaikan pesan, seperti rasa sakit, panas, dan dingin dari tubuh ke otak. Serabut saraf motoris bekerja sebaliknya, yaitu menyampaikan pesan dari otak ke bagian tubuh, antara lain “menyuruh” tubuh bergerak atau berkontraksi. Pada pembiusan epidural, bagian yang dibius atau diberi penawar sakit adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim tidak sampai ke otak. Akibatnya, ibu pun tidak merasakan sakit. Namun, pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf motoris sehingga otak tetap dapat “memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi. Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut. Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah, kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke pembuluh darah sebelum pembiusan. Selain itu, karena tidak merasakan sakit akibat suntikan epidural, mungkin ibu menjadi sulit untuk membantu kelahiran bayi dengan mengandalkan otot perutnya dan mendorong ketika terjadi kontraksi rahim. G. TERAPI PANAS DINGIN 1.1 Terapi Panas Terapi panas merupakan terapi dengan menggunakan panas. Sedangkan kompres adalah salah satu metode fisik yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila anak demam yang sudah dikenal sejak zaman dulu. Kompres panas membantu meredakan sakit yang berhubungan dengan radang sendi dan otot kaku dengan mengurangi ketegangan dan melancarkan aliran darah. Alat dan Bahan 1. Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c) 2. Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai 3. Kasa perban atau kain segitiga 4. Pengalas 5. Sarung tangan bersih di tempatnya 6. Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%) 7. Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan 8. Pinset anatomi 2 buah 9. Korentang Prosedur Kerja NO LANGKAH 1. Dekatkan alat-alat kedekat klien 2. Perhatikan privacy klien 3. Cuci tangan 4. Atur posisi klien yang nyaman 5. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres 6. Kenakan sarung tangan lalu buka balutan perban bila diperban. Kemudian, buang bekas balutan ke dalam bengkok kosong 7. Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukkan ke dalam kom yang berisi cairan hangat. 8. Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan pada area yang akan dikompres Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa kering. selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga 9. Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan kompres tiap 5 menit 10. Lepaskan sarung tangan 11. Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman 12. Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali 13. Cuci tangan 14. Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya 1.2 Terapi Dingin Jenis-jenis : 1. Kantong Es Teknik ini menggunakan tas sederhana seperti kantong plastik, botol air panas, kemasan dingin kimia atau sayuran beku. Caranya dengan menerapkan kain handuk kering di atas area tersebut untuk mencegah kontak langsung es untuk kulit. Kulit akan melewati empat tahapan sensasi dalam 10-15 menit. Sensasi ini dalam rangka adalah: 1) Dingin kulit 2) Merasa Burning 3) Sakit 4) Kekebasan 2. Pijat Es Es merupakan material dari teknik terapi dingin. Es adalah sebuah air bersih yang dimasukkan ke dalam wadah lalu dibekukan di dalam lemari es samapi benar-benar beku. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam teknik ini yaitu sedikit demi sedikit membuka es lalu pijatkan ke area yang sakit dengan menggunakan gerakan melingkar konstan. Jangan meletakkan es di satu daerah selama lebih dari 3 menit karena hal ini dapat menyebabkan radang dingin. Terapi dingin harus dihentikan setelah kulit terasa mati rasa. Alat dan Bahan Alat a) Bengkok b) Handuk kering c) Kom Bahan a) Kirbat es atau eskap dengan sarungnya b) Kom berisi potongan-potongan kecil es serta satu sendok teh garam agar es tidak cepat mencair c) Air dalam kom Perlengkapan a) Baki dan alas b) Perlak kecil atau handuk kecil c) Tempet cuci tangan d) Alat tulis dan buku catatan e) Tempat sampah basah f) Tempat sampah kering g) Baskom Prosedur Kerja No. Langkah Kerja 1. Siapkan alat dan bahan serta susu secara ergonomis 2. Kajian pasien 3. Informed Consent 4. Bawa alat-alat ke dekat klien 5. Cuci tangan 6. Masukkan batnan es ke dalam kom air 7. Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian dari kirbat tersebut 8. Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di tutup rapat 9. Periksa skap 10. Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya 11. Buka area yang akan di obati dan atur yang nyaman pada klien 12. Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di obati 13. Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan terapi 14. Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh 15. Angkat eskap bila sudah selesai 16. Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman 17. Bereskan alat setelah selesai melakukan terapi ini 18. Cuci tangan 19. Dokumentasikan H. ZID BATH/ KOMPRES 1.1 Terapi Kompres Hangat Terapi kompres hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot dan memberikan rasa hangat. Persiapan Alat Dan Bahan a) Botol berisi air panas (suhu 46 – 51,5°C) / air hangat b) Thermometer air c) Lain pembungkus Cara Kerja a) Cuci tangan b) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan c) Isi botol dengan air panas d) Tutup botol yang telah diisi air panas kemudian dikeringkan e) Masukan botol kedalam kantong air. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air hangat lalu bilas f) Tempatkan botol atau kain yang sudah diperas pada daerah yang akan dikompres g) Angkat botol atau kain tersebut setelah 20 menit, kemudian isi lagi botol/ masukan lagi kain ke dalam air hangat lalu peras. Taruh lagi botol/ kain pada daerah yang akan dikompres h) Catat perubahan yang terjadi selama tindakan i) Cuci tangan 1.2 Terapi Kompres Dingin Merupakan tindakan dengan memberikan kompres dingin untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatkan vasokonstriksi. Persiapan Alat Dan Bahan a) Thermometer b) Air dingin c) Kain atau kantong pelindung d) Kantong es dan sejenisnya Cara Kerja a) Cuci tangan b) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan c) Ukur suhu tubuh d) Masukan air dingin pada kantong es. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air dingin lalu diperas e) Letakan kantong/ kain pada daerah yang akan dikompres seperti di daerah axilla, di daerah yang sakit f) Catat perubahan yang terjadi selama tindakan g) Cuci tangan I. MANAJEMEN NYERI Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan, diantaranya: a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya: ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan. b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik – teknik, seperti: teknik latihan pengalihan : 1) Menonton televise 2) Berbincang – bincang dengan orang lain 3) Mendengarkan music c. Teknik relaksasi. Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam mengisi paru – paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut dan punggung serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks. d. Stimulasi kulit 1) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri. 2) Menggosok punggung. 3) Menggunakan air hangat dan dingin. 4) Memijat dengan air mengalir e. Pemberian obat analgesic. Pemberian obat analgesik dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus nyeri agar tetap terjadi perubahan perepsi dengan cara mengurangi kortikol terhadap nyeri. f. Pemberian stimulator listrik. Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri denga stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi: 1) Transcutaneous electrical nerve stimu;lator (TENS) yang digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa metode electrode di luar. 2) Percutaneous implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator yang diimplant dibawah kulit dengan transmitor timah penerima pada daerah epidural dan columna vertebrae. 3) Stimulator coluumna vertebrae, sebuah stimulator yang dicangkok melalui kantong kulit intra klavikula atau abdomen yakni elektoda ditanam dengan cara bedah pada dorsum sum – sum tulang belakang. Referensi Dahlan Kasrida, St. Umrah. 2013. Buku Ajar Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan. Malang: Intimedia Hidayat A, Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC Hidayat A, Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Salemba: Medika Wikipedia.com. Infeksi Nosokomial. (diakses tanggal 20 Februari 2014 pukul 13.00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar